Sabtu, 09 November 2013

LIFE IS A CHOICE

Entah sejak kapan dan darimana saya mendapatkan ungkapan ini
Hidup dimulai dengan B (birth) dan diakhiri dengan D (death)
di tengahnya ada huruf C (choice)

So, life is all about choice
Pilihan
Seberapa pintar kita bisa memilih
Memilah, meng-edit, memodifikasi, dan seterusnya

Setiap pilihan pasti mengandung konsekwensi. sebagai orang dewasa kita pasti paham maknanya. Hanya yang tidak bijak yang tidak siap menghadapi konsekwensi dari pilihan hidup yang dia buat sendiri.

Bicara tentang konsekwensi, di awal pembelajaran, ketika bertemu dengan anak-anak baru, mereka biasanya mengajak saya berkenalan. Dalam bahasa keseharian bisa dikatakan tak kenal maka tak sayang. Tapi berapa banyak mereka yang saling kenal justru saling tidak sayang, saling membunuh karakter, saling bermusuhan, dan bahkan saling menikam. Maka, sebelum menyebutkan nama dan seterusnya, saya selalu bilang ke mereka, kalo sdh tahu nama dan tetek bengek tentang saya, maka mereka minimal harus senyum ketika bertemu saya. hanya itu, saya tidak meminta yang lainnya. Senyum, itu saja sudah lebih dari cukup, mengingat semakin lama, rasa takzim, rasa memiliki, rasa peduli siswa kepada guru kian luntur.

Terlepas dari maraknya berita yang menyudutkan posisi guru, banyaknya kasus pelecehan dan sikap tidak menyenangkan guru, kita harus mulai sesuatunya dengan bermuhasabah, memeperbarui niat, dan belajar mendidik kembali diri kita masing-masing. Guru juga manusia biasa, tak luput dari alpa dan kesalahan. Mereka juga memiliki kecerdasannya masing-masing. Kepintaran seorang guru belum bisa menjadi jaminan dia akan disayangi murid-muridnya. Pengalaman 13 tahun mengajari saya bahwa hanya mengajar dengan hatilah yang mampu menghasilkan bonding atau ikatan yang kuat antara guru dengan muridnya, bahkan setelah mereka meninggalkan bangku sekolah menuju tahapan hidup selanjutnya. 

Dengan usaha keras, saya berupaya merubah persepsi murid-murid saya untuk belajar bersama saya. Saya berusaha mengenal mereka one by one. Saya panggil nama mereka, agar mereka tahu saya menghargai keunikan karakter mereka masing-masing. Saya ubah persepsi mereka dari belajar menegangkan menjadi belajar menyenangkan .Dengan belajar membuat kaligrafi, saya ajari mereka tentang seni dan keindahan, tentang sikap tegas dan kelenturan, tentang memperhalus perasaan dan budi pekerti. Dan kenapa mereka harus menulis satu dari 99 Asma'ul Husna yang paling mereka sukai ? Karena dengan namaNya saya ingin mereka memulai belajar tentang kehidupan, dengan namaNya yang Maha Indah saya ingin mereka berdoa dan memohon pertolongan.

Untuk anak-anak yang lebih mahir, saya ajari mereka puisi berbahasa Arab, mereka browsing di internet, mencari sendiri puisi yang mereka sukai, mengajari mereka cara melafalkannya dengan fasih, saya praktekkan puisi di depan mereka, sehingga mereka bisa tersenyum, bahkan berkaca-kaca. Sungguh hal-hal sederhana yang sangat saya syukuri. Mereka unjuk kebolehan mereka, di depan saya dan teman-temannya, saya beri mereka nilai bukan dengan angka, melainkan dengan bintang, bintang satu untuk yang biasa, bintang dua untuk yang luar biasa, bintang tiga untuk yang istimewa. Mereka bisa tersenyum malu-malu melihat nilai mereka, karena bagi saya mereka tetap bintang di hati saya.

Saya memilih untuk selalu tersenyum dan bersyukur, bagaimana dengan anda ?

Selamat tersenyuuuuum........  






Tidak ada komentar:

Posting Komentar